Saturday, May 26, 2012

Menonton Masjid Terbesar Eropa di Instituto Italiano di Cultura


MENURUT tradisi Romawi, sejarah awal kota Roma ditemukan si kembar Romulus dan Remus pada tahun 753 sebelum Masehi. Bukti arkeologi menunjukkan, Roma tumbuh dan berkembang dari kehidupan bernuansa keuskupan. Kota ini pernah menjadi ibu kota Kerajaan Romawi, Republik Romawi, dan Kekaisaran Romawi. Kota berusia lebih dari 2.500 tahun ini kini menjadi ibu kota Republik Italia di mana pemerintah Italia berkedudukan.

Di kota ini, di bawah kaki gunung Parioli, berdiri megah sebuah masjid. Masjid Roma, demikian nama masjid itu, merupakan masjid terbesar di seluruh Eropa. Berdiri di atas lahan seluas 30.000 m2, masjid karya arsitek Paolo Portoghesi, Vittorio Gigliotti, dan Sami Mousawi dibangun tahun 1984. Masjid ini berada di dalam area Pusat Kebudayaan Islam di Roma. Keberadaan masjid terbesar di Eropa ini dimulai tahun 1972. Di tahun itu inisiatif pembangunan Masjid Roma sudah mencuat.

Di tahun 1972, secara resmi Pusat Kebudayaan Islam Italia terbentuk. Tapi sebenarnya embrio Pusat Kebudayaan Islam di Italia itu sudah ada sejak 1966. Tujuannya tak hanya melayani komunitas Muslim di Italia namun juga menjadi jembatan bagi terciptanya dialog antara Islam dan dunia Barat.

Masjid yang pembuatannya kelar pada 1995 itu bisa menampung hingga 40.000 umat. Ruang utama masjid ini mencontoh model masjid berarsitektur Islam dengan perpaduan gaya klasik Romawi. Ruang ibadah berbentuk segi empat dengan halaman luas di luarnya ditambah air mancur di bagian tengah. Ruang ini bisa menampung sekitar 2.500 orang. Masjid ini dilengkapi antara lain dengan perpustakaan seluas 4.000 m2, ruang konferensi, dan pusat pendidikan bahasa Arab.
 
Di belakang masjid dua jalur terbentang sehingga menghasilkan sebuah latar belakang berbentuk horisontal antara masjid itu dengan gunung Parioli. Dua jalur tadi juga mengakomodasi bentuk lengkung masjid. Sekitar 100 pohon cemara Romawi juga menghiasi taman terbuka di kompleks masjid ini.

Efek pencahayaan juga merupakan hal yang secara detil diperhatikan Portoghesi. Pencahayaan pada 16 kubah pada masjid itu disaring oleh jendela yang menjadi media untuk memantulkan cahaya. Portoghesi membuat konsep penerangan pada masjid ini untuk mengekspresikan secara universal hubungan antara Allah dan manusia. Penerangan masjid ini dibuat melalui pembiasan cahaya dan penyinaran cahaya langsung ke dalam masjid.

Dalam struktur bangunan ini juga terlihat ciri khas Islam seperti dari lengkungan saling silang, pilar-pilar yang menggambarkan hutan Magribi dan dari lingkaran-lingkaran konsentris yang menggambarkan kosmologi tujuh langit. Intinya, masjid agung yang sebagian besar dibiayai oleh Kerajaan Arab Saudi ini begitu megah.

Paolo Portoghesi, sang arsitek utama, lahir tahun 1931. Ia lulus dari Universitas Roma tahun 1957. Mulai 1968 hingga 1976 ia menjadi professor Sejarah Arsitektur di Polithecnic of Milan.
Islam merupakan komunitas religious lumayan besar di Italia. Mereka berasal dari berbagai penjuru dunia dengan bahasa dan status sosial yang berbeda-beda. Saat ini ada 800.000 pemeluk agama Islam di Italia. Empatpuluh ribu di antaranya berkebangsaan Italia. Kebanyakan pemeluk Islam ini terdiri dari imigran yang tiba dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Mereka berasal dari Maroko, Albania, Tunisia, Senegal, Mesir, Aljazair, dan negara-negara afrika Utara serta Timur Tengah.

Selain di Roma, masjid besar lainnya – meski tak sebesar Masjid Roma – ada di Catania dan Milan. Sementara 200 masjid kecil lainnya yang tersebar di Piemonte, Lombardia, Emilia Romagna, dan Veneto.
Dalam bulan Ramadhan ini Kedutaan Italia menggelar pameran foto tentang Masjid Roma (La Moschea di Roma) di Pusat Kebudayaan Italia (Instituto Italiano di Cultura) Jakarta mulai 11 Agustus 2009 hingga 19 September 2009. Sementara di Surabaya, pameran foto ini juga digelar mulai 24 Agustus – 14 September.


No comments:

Post a Comment